Gb: Jagung yang telah dirancang mengandung protein insektisida yang berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis(Bt) (Kanan) lebih tahan terhadap hama.
Rekayasa genetika tanaman merupakan suatu teknik untuk memperbaiki sifat- sifat tanaman dengan menambahkan sifat-sifat ketahanan antara lain ketahanan
terhadap serangga hama. Sifat-sifat ketahanan tersebut berasal dari gen-gen (materi genetik) yang diambil dari sumber yang berkualitas dan sangat beragam. Sumber materi genetik tersebut dapat berasal dari mikroba, hewan dan dari jaringan tanaman yang telah diketahui memiliki gen ketahanan tertentu. Keunggulan rekayasa genetika adalah kemampuannya untuk dapat memindahkan materi genetik tersebut dengan ketepatan yang tinggi dan terkontrol serta dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dimana hal ini tidak dapat dilakukan dengan cara pemuliaan tanaman.
terhadap serangga hama. Sifat-sifat ketahanan tersebut berasal dari gen-gen (materi genetik) yang diambil dari sumber yang berkualitas dan sangat beragam. Sumber materi genetik tersebut dapat berasal dari mikroba, hewan dan dari jaringan tanaman yang telah diketahui memiliki gen ketahanan tertentu. Keunggulan rekayasa genetika adalah kemampuannya untuk dapat memindahkan materi genetik tersebut dengan ketepatan yang tinggi dan terkontrol serta dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dimana hal ini tidak dapat dilakukan dengan cara pemuliaan tanaman.
Rekayasa genetik, dalam bidang pertanian, memiliki banyak manfaat diantaranya akan dapat memperbaiki karakter penting seperti sifat ketahanan tanaman terhadap serangga. Teknologi transformasi juga akan memberikan wahana bagi pemulia tanaman untuk memperoleh gen atau kelompok gen baru yang lebih luas. Suatu gen yang tidak terdapat pada suatu spesies tanaman tertentu dimungkinkan untuk dapat diperoleh dari organisme lain seperti bakteri, virus, binatang, dan tanaman lain (Santoso, dkk, 2004).
Perbaikan sifat karakter tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik baik dengan pemuliaan tanaman secara konvensional maupun dengan bioteknologi khususnya teknologi rekayasa genetik. Kadang-kadang dalam perakitan varietas tanaman tahan serangga hama, pemulia konvensional menghadapi suatu kendala yang sulit dipecahkan, yaitu langkanya atau tidak adanya sumber gen ketahanan di dalam koleksi plasma nutfah. Contoh sumber gen ketahanan yang langka adalah gen ketahanan terhadap serangga hama, misalnya penggerek batang padi, penggerek polong kedelai, hama boleng ubi jalar, penggerek buah kapas (cotton bolworm), dan penggerek jagung (Wulandari, 2004).
Untuk menghasilkan tanaman transgenik melibatkan beberapa tahap dalam teknik biologi molekuler atau seluler, salah satunya adalah karakterisasi atau identifikasi gen yang telah diintroduksi ke dalam jaringan tanaman. Keberhasilan teknik transformasi ditandai dengan keberhasilan menyisipkan rangkaian gen yang diintroduksi ke dalam genom tanaman, dapat diekspresikan dan tetap terpelihara dalam seluruh proses pembelahan sel berikutnya. Maka diperlu-kan upaya untuk mengkonfirmasi integritas gen yang diintroduksi dan menentukan jumlah kopinya di dalam genom tanaman, serta menentukan apakah gen tersebut dapat berfungsi dengan benar atau salah. Identifikasi dari jaringan tanaman yang tertransformasi dapat dilakukan dengan sejumlah teknik di antaranya adalah penggunaan teknik PCR dan analisis Southern Blot (Santoso, dkk, 2004).
Beberapa tanaman transgenik hasil rekayasa genetika diantaranya adalah:
1. Round Up Ready R Soybean yaitu kedelai yang toleran terhadap senyawa aktif glifosfat yang terdapat pada herbisida.
2. Tomat yang dirancang agar proses pematangannya terhambat sehingga lebih tahan lama.
3. Kapas dan jagung Bt, yaitu kapas dan jagung yang dirancang mengandung protein insektisida yang berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt).
4. Beras yang mengandung vitamin A(golden rice)
5. Tanaman pisang penghasil protein asing (baik unutk nutrien maupun obat)
Tanaman dan produk tanaman transgenik sudah beredar di pasaran, sebagian besar diproduksi perusahaan multinasional, sebagian diproduksi dalam skala kecil oleh laboratorium riset di berbagai negara. Di Indonesia sedang dikembangkan dua jenis padi transgenik oleh DR. Inez Loedin dari Pusat Penelitian Bioteknologi (P2 Biotek) LIPI bekerja sama dengan Badan Penelitian Biologi, Deptan, Universitas Leiden dan Plant Research International (PRI). Padi ini merupakan padi yang tahan kering dan tahan hama penggerek. Dr. Arief Witarto dan koleganya juga dari LIPI sedang mengembangkan “protein farming” yaitu tanaman transgenik dari tanaman biasa yang sudah dikenal seperti pohon pisang yang direkayasa sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan protein yang diinginkan.
0 komentar:
Posting Komentar