Pages

Rabu, 25 Maret 2015

Apa itu Tembok Ratapan? Sejarah dan Kisah Tembok Ratapan

Tembok Ratapan atau Tembok Barat di Yerusalem, diyakini oleh banyak orang sebagai sisa-sisa dari salah satu dinding sebuah kuil Yahudi besar atau dinding yang mengelilingi halaman kuil.
Tembok Ratapan merupakan dinding batu yang menjulang sekitar 18,9 m dari atas tanah.
Tembok ini dianggap situs sakral oleh orang Yahudi, dan ribuan orang berziarah di sana setiap tahun.
Tembok Ratapan merupakan sumber sengketa antara orang Yahudi dan Muslim.
Orang Islam menganggap tembok ini menjadi bagian dari masjid kuno dan tempat nabi Muhammad mengikat kuda bersayapnya (Buraq) selama perjalanan Isra Mi’raj.

Tembok Kuil

Orang Yahudi menganggap dinding tersebut sebagai bagian dari sebuah kuil Yahudi yang disebut juga Bait Suci Kedua yang telah berdiri selama ratusan tahun.
Raja Herodes memerintahkan renovasi dan perluasan kuil sekitar tahun 19 SM, dan pekerjaan itu tidak selesai sampai sekitar 50 tahun kemudian.
Kuil ini lantas dihancurkan oleh Roma sekitar tahun 70 M, hanya beberapa tahun setelah selesai. Tembok Ratapan secara luas diyakini sebagai satu-satunya bagian yang masih berdiri.
Setelah kuil itu hancur, banyak orang Yahudi mulai pergi ke dinding yang tersisa untuk meratapi kehancuran kuil dan untuk berdoa.
Tembok Ratapan merupakan nama yang diberikan oleh orang non-Yahudi ketika melihat orang-orang Yahudi meratap sana.
Orang Yahudi sebenarnya menamai tembok tersebut sebagai Tembok Barat, atau Kotel HaMaaravi dalam bahasa Ibrani.

Tembok Al-Buraq

Banyak Muslim percaya bahwa dinding tersebut tidak ada hubungannya dengan Yudaisme kuno.
Orang Islam merujuk tembok tersebut sebagai Tembok Al-Buraq, diambil dari nama kuda bersayap yang ditunggangi Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Kepercayaan Islam menyatakan bahwa Al-Buraq diikat ke dinding sementara Nabi naik ke surga untuk bertemu dengan Tuhan.
Banyak Muslim juga percaya bahwa tembok tersebut merupakan bagian dari Masjid Al-Aqsa kuno, dan bahwa orang Yahudi baru mulai berdoa di tembok tersebut sampai setidaknya abad ke-16.

Penguasa Tembok

Selama lebih dari 3.500 tahun, Yerusalem berulang kali dikuasai oleh berbagai penakluk yang berbeda. Penguasaan Tembok Ratapan terus menjadi titik pertikaian hingga abad ke-20 dan awal abad ke-21.
Pemimpin Arab mengontrol wilayah Tembok Ratapan selama bagian pertama abad ke-20. Namun dengan berdirinya Israel, Yahudi menguasai tembok tersebut pada tahun 1967.
Meskipun tetap terjadi permusuhan antara Yahudi dan Muslim, Tembok Ratapan telah menjadi situs rekonsiliasi antara Yahudi dan Katolik.
Pada tahun 2000, Paus Yohanes Paulus II menjadi Paus pertama yang berdoa di Tembok Ratapan. Paus juga meminta maaf akibat penganiayaan Katolik terhadap Yahudi selama berabad-abad.

Berdoa di Tembok Ratapan

Umat Yahudi dari semua negara, dan juga wisatawan dari berbagai latar belakang agama lazim berdoa di Tembok Ratapan karena diyakini memiliki “telinga Tuhan.”
Orang yang tidak dapat berdoa langsung di tembok dapat mengirimkan doa atau menggunakan Kaddish, sebuah doa khusus untuk orang Yahudi.
Doa yang dikirim tersebut ditulis dalam sebuah kertas dan diselipkan di celah-celah dinding yang disebut sebagai kvitelach.
Tembok Ratapan dapat dikunjungi setiap saat sepanjang hari. Pengunjung biasanya digeledah secara menyeluruh untuk tujuan keamanan.
Perempuan dari agama apapun, untuk menghormati hukum Yahudi, harus mengenakan pakaian yang sopan.
Ada pintu masuk terpisah untuk pria dan wanita, meskipun mereka dapat berkumpul kembali di dalam tembok.

Struktur

Bagian utama dari tembok, di mana orang pergi untuk berdoa, memiliki panjang sekitar 57 m dan terbuat dari batu kapur meleke.
Sebagian besar batu memiliki berat hingga 1,814.4 kg atau lebih, dan satu batu terbesar yang disebut Batu Barat, beratnya mencapai lebih dari 500.000 kg.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates