Hujan merupakan proses lanjutan dari naiknya massa udara/awan. Uap air yang
terkandung dalam awan tersebut akan berubah menjadi butir-butir air yang besar
dan akhirnya jatuh ke Bumi. Proses terjadinya hujan dan besarnya curah hujan
tidak sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Wilayah yang
memiliki curah hujan yang sama pada suatu peta ditunjukkan oleh garis isohyet.
Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan menjadi sebagai berikut :
Hujan Orografis
Hujan ini terjadi karena udara yang membawa uap air dari laut dipaksa naik
oleh adanya pegunungan. Wilayah yang tidak turun hujan di sisi lain gunung atau
pegunungan dikenal dengan sebutan daerah bayangan hujan.
Hujan Zenithal
Hujan zenithal terjadi karena adanya pertemuan arus konveksi yang membawa
uap air di daerah khatulistiwa. Dengan adanya pertemuan dua arus konveksi
menyebabkan tabrakan dan kedua massa udara naik ke atas.
Hujan Frontal
Hujan frontal terjadi karena pertemuan dua massa udara yang berbeda
suhunya. Perbedaan suhu ini menyebabkan massa udara yang panas dipaksa naik ke
atas. Jumlah curah hujan dalam sebulan dapat digunakan untuk menentukan bulan
basah, bulan sedang, dan bulan kering. Bulan basah terjadi jika dalam satu
bulan jumlah curah hujannya lebih dari 100 mm, bulan sedang jika dalam satu
bulan jumlah curah hujannya 60–100 mm, dan bulan kering jika dalam satu bulan
jumlah curah hujannya kurang dari 60 mm.
Di Indonesia curah hujan tertinggi terdapat di daerah Kranggan. Daerah ini
terletak di lereng barat Gunung Slamet. Curah hujannya ± 8.305 mm/ tahun.
Daerah yang lain adalah Tenjo, dekat Baturaden, Jawa Tengah. Jumlah curah
hujannya ± 7.069 mm/tahun. Hujan Frontal
ccurah hujan
paling sedikit terdapat di Palu, ibu kota Sulawesi Tengah. Curah hujannya dalam
satu tahun ± 547 mm.
Daerah lainnya adalah Asembagus, Jawa Timur. Curah hujannya dalam satu
tahun ± 886 mm.
0 komentar:
Posting Komentar